Selasa, 22 September 2009

Waspadai MRSA di Rumah sakit (Bagian I)


Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit oleh kuman yang berasal dari rumah sakit. Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dapat juga terjadi pada para petugas rumah Sakit tersebut. Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan (exposure) dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien (Martono, 2009).

Kejadian infeksi nosokomial pertama di Amerika Serikat yang berhasil didokumentasi dan merupakan pertama kali ditemukannya isolat S. aureus yang resisten terhadap metisilin terjadi pada tahun 1968 di rumah sakit kota Boston. Kejadian ini terjadi akibat kontak langsung tangan peetugas kesehatan dengan penderita yang membawa MRSA dalam ruang perawatan lalu menyebar ke ruang perawatan lainnya di rumah sakit tersebut (Brown et al, 1997).

MRSA adalah variasi resisten dari bakteri umum S. aureus. MRSA meningkatkan kemampuan untuk bertahan dari perlakuan dengan antibiotik beta-lactam, termasuk methicillin, dicloxacillin, nafcillin, dan oxacillin. MRSA merupakan masalah pada infeksi rumah sakit (nosokomial). Di rumah sakit, pasien dengan luka terbuka dan sistem imun yang lemah merupakan masalah besar untuk terinfeksi daripada masyarakat. Staf rumah sakit yang tidak mengikuti sesuai prosedur yang bersih dapat memindahkan bakteri dari pasien ke pasien. Pengunjung pasien dengan infeksi MRSA atau kolonisasi MRSA disarankan untuk mengikuti protokol isolasi rumah sakit dengan menggunakan sarung tangan yang disediakan, gaun, dan masker jika terindikasi. Pengunjung yang tidak mengikuti beberapa protokol mampu untuk menyebarkan bakteri ke cafetaria, kamar mandi, dan elevator (Wikipedia, 2009).

Infeksi nosokomial menjadi ancaman besar terhadap kesehatan karena sekarang banyak ditemukan bakteri yang resisten (kebal) terhadap pelbagai jenis antibiotik. Kini sekitar 40% dari bakteri Staphylococcus aureus yang dapat diisolasi di rumah sakit, diketahui kebal terhadap semua antibiotik, kecuali terhadap vankomisin. Tapi suatu saat bakteri ini akan membentuk mutan (bakteri yang bermutasi dan mempunyai sifat-sifat baru) yang juga kebal terhadap gempuran vankomisin seperti vancomycin-resistant Staphylococcus aureus (VRSA) dan vancomycin-resistant enterococcus (VRE) (Martono, 2009). Menurut Brooks (2007), bahwa S. aureus dengan kerentanan intermediat terhadap vankomisin in vitro telah diisolasi dari pasien di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Pasien-pasien tersebut cenderung menderita penyakit kompleks dengan salah satu terapinya adalah vankomisin dalam jangka panjang. Pada beberapa kasus, infeksi gagal dengan diterapi dengan vankomisin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar